Sempat Viral, Penjual Nasi Goreng Ini Sering Dipesan dari Area Kuburan Lewat Aplikasi

Seorang penjual nasi goreng kaki lima mengalami kejadian janggal yang tak bisa dijelaskan secara logika. Ia mengaku berulang kali menerima pesanan lewat aplikasi online dari sebuah lokasi yang ternyata berada tepat di dalam area pemakaman umum.


Kisah ini dialami oleh Pak Riyanto (nama disamarkan), pria paruh baya yang biasa berjualan nasi goreng di sekitar daerah Rungkut, Surabaya. Usahanya ia daftarkan di aplikasi pemesanan makanan daring sejak tahun lalu untuk menambah pemasukan.


Namun mulai awal 2024, ia mulai menerima pesanan aneh yang masuk pada jam-jam tak wajar—antara pukul 23.00 hingga 01.00 dini hari. Yang lebih mencurigakan, titik pengantaran pesanan itu selalu sama, yaitu sebuah lahan kosong di belakang rumah warga yang jika dicek melalui Google Maps, terletak di dalam area TPU Rungkut.


“Awalnya saya pikir mungkin ada anak muda nongkrong, atau sekadar titik alamat yang belum di-update. Tapi lama-lama saya curiga karena alamatnya itu… ya di atas makam,” ujar Pak Riyanto saat diwawancarai oleh salah satu komunitas warga.


Suatu malam, karena penasaran dan tidak ingin mengecewakan pelanggan, Pak Riyanto memutuskan tetap mengantarkan nasi goreng ke lokasi tersebut. Ia datang dengan motor dan membawa pesanan yang terbungkus rapi. Namun saat sampai di lokasi, tidak ada siapa-siapa.


Yang terdengar hanya suara jangkrik dan deru angin pelan. Ia sempat memanggil, “Halo? Ini nasinya, Mas!” Namun tidak ada jawaban. Tak lama setelah itu, aplikasi secara otomatis menandai pesanan sebagai “selesai diterima”.


Yang lebih menyeramkan, beberapa menit setelah ia meninggalkan lokasi, akun pelanggan tersebut mengirim chat:

“Terima kasih ya, nanti dipesan lagi.”


Anehnya, saat dicek kembali keesokan hari, akun pelanggan itu sudah tidak aktif, dan riwayat pesanannya hilang dari sistem.


Kisah Pak Riyanto ini sempat viral di media sosial setelah dibagikan oleh komunitas pengemudi ojek online. Beberapa driver lain juga mengaku pernah mendapat orderan fiktif dari lokasi yang sama, dan ada yang mengklaim melihat sosok perempuan duduk di bangku dekat pohon besar ketika melintas di sana malam hari.


Kini Pak Riyanto memutuskan untuk tidak lagi menerima pesanan lewat aplikasi di atas pukul 10 malam. “Bukan karena takut kehilangan uang, tapi saya nggak mau main-main sama hal yang bukan dunia kita,” tutupnya.


🔴 Catatan redaksi: Kisah ini didasarkan pada testimoni warga dan pengemudi aplikasi daring di wilayah Surabaya. Tidak ditemukan bukti digital karena sebagian akun pemesan tidak lagi aktif. Artikel ini dimuat sebagai dokumentasi cerita urban horor masyarakat.